Griya Literasi

Bupati Dodi Reza Ingin Inovasi Aspal Karet Dirasakan Petani di Sumsel

Jumat, 22 Jan 2021 17:55 2 menit membaca
PEMKAB MUBA

Sumsel Independen – Beberapa tahun belakangan ini petani karet di Indonesia banyak mengeluh akibat masih rendahnya harga jual hasil perkebunan mereka. Namun tidak untuk petani karet di Kabupaten Musi Banyuasin saat ini, mereka sudah bisa bernafas lega karena hasil perkebunannya diserap dengan harga cukup tinggi melalui Unit Pengolahan dan Pemasaran Bokar (UPPP) yang dibentuk Pemkab Muba ditiap Desa.

Ditambah lagi dengan inovasi pabrik aspal karet Bupati Muba Dr H Dodi Reza Alex Noerdin hasil karet rakyat bisa diserap dengan harga mencapai Rp 20.000 – Rp 21.000 per kg jika sudah menjadi lateks pekat.

Oleh karena itu Dodi yang juga selaku Ketua Kamar Dagang dan Industri Indonesia (Kadin) Provinsi Sumatera Selatan menginginkan petani karet di Sumsel ikut merasakan manfaat dari program hilirisasi karet tersebut.

“Untuk produksi lateks kita berikan bantuan mesin centrifugal diunit koperasi karet di Kabupaten Muba, dari sana lateks pekat kita serap untuk pabrik aspal karet,” ujarnya saat menerima audiensi Pengurus Kadin Kabupaten Muara Enim, di Ruang Audiensi Bupati Muba, Jumat (22/1/2021).

Melalui pertemuan tersebut ia berharap kedepannya akan ada kerjasama antar daerah yang dijembatani oleh Kadin sehingga dapat lebih banyak lagi menyerap karet masyarakat.

Griya Literasi

“Dengan berkolaborasi dan sinergi, paling tidak petani karet kita di Sumsel ini bisa terbantu,” ucap Dodi.

Kepala Dinas PU PR Muba Herman Mayori mengatakan pabrik aspal karet Pemkab Muba yang ada saat ini bisa memproduksi 45 ton per hari.

“Kalau Muara Enim ingin menyumbang bahan baku kami siap, karena Muba tidak bisa bergerak sendiri tanpa dukungan dari daerah lain untuk mewujudkan kesejahteraan Patani karet,” tutur Herman Mayori.

Pada kesempatan yang sama Plt Kepala Dinas Perkebunan Muba Ahmad Toyibir menyampaikan dalam memproduksi lateks tahap awalnya adalah bagaimana mengubah pola perilaku petani yang sebelumnya memproduksi bokar menjadi lateks pekat.

“Sebelumnya petani habis menyadap ditinggalkan, tapi tidak untuk lateks pekat petani harus menunggu tidak membiarkan getah itu beku dan kemudian langsung dibawa ke mesin produksi lateks, petani dibekali zat amoniak sehingga kesetabilaan kecairannya terjaga,” papar Toyibir.

Sementara Ketua Umum Kadin Muara Enim Iwan Setiawan SH MH mengatakan akan berkoordinasi dengan Pemerintah Kabupaten Muara Enim terkait dengan pembelajarannya yang didapat dari Bumi Serasan Sekate.

“Dari kunjungan ini izinkan kami belajar terkait hilirisasi industri karet. Harapan kami kedepan paling tidak kami mendapat gambaran atas komoditas karet agar dapat diterapkan di Kabupaten Muara Enim,” tandasnya. (Ril/Al)

Cak_In

Cak_In

Tidak ada komentar

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *


    MAJALAH TERBARU

    Majalah Independen Edisi LIV

    Sponsor

    Wujudkan Supremasi Hukum
    <

    Majelis Dzikir Ustadz H. Hendra Zainuddin

    Bengkel Las Listrik Karya Jaya

    Perumahan

    xBanner Samping
    xBanner Samping
    Beranda Cari Trending Lainnya
    Dark Mode