Griya Literasi

Ciptakan Hutan Pelangi, Pertamina Lakukan Penanaman Eukaliptus Pelangi

Selasa, 1 Sep 2020 00:00 3 menit membaca
PEMKAB MUBA

Sumsel Independen – Dengan merujuk pada penanaman spesies flora leda (Eucalyptus deglupta) atau populer disebut eukaliptus pelangi, PT Pertamina EP Asset 2 Prabumulih Field canangkan pembuatan hutan pelangi di wilayah kerja perusahaan migas andalan nasional tersebut.

“Lahan yang kita tanami ini dirancang khusus untuk menjadi hutan edukasi konservasi keanekaragaman hayati di wilayah Prabumulih. Hari ini kita menanam satu lagi spesies tumbuhan langka, Eukaliptus pelangi, untuk memperkaya keanekaragaman tanaman yang sudah ada,” kata Pertamina Prabumulih Field Manager, Ndirga Andri Sisworo, Senin (31/08).

“Kita ingin mewariskan alam yang lebih baik bagi generasi mendatang,” tambahnya.

Disampaikannya juga, bahwa lahan yang memiliki luas kurang lebih 4 hektar tersebut telah ditanami beraneka jenis tumbuhan, seperti spesies flora endemik sumatra, spesies langka hingga terancam punah.

“Ada juga aneka tanaman kehutanan untuk peneduh dan penyerap emisi gas rumah kaca, tanaman buah, serta spesies flora ornamental atau tanaman hias. Di antaranya spesies merawan, tembesu, mahoni, bungur, tanjung, kelapa, salam, dan lainnya,” jelasnya.

Masih dikatakannya, jenis Eucalyptus deglupta sengaja dipilih sebagai spesies yang dikonservasi perusahaan migas pada tahun 2020 dengan keunikan warna-warni alami yang tampak di kulit pohonnya.

“Di masa yang akan datang, dari upaya konservasi hari ini, selain untuk pelestarian lingkungan hidup kita berharap dapat memberikan satu wahana edukasi baru bagi warga Prabumulih dalam wujud hutan pelangi,” harapnya.

Griya Literasi

Assistan Manager HSSE Pertamina Prabumulih Field, Ronald Hendra Simanjuntak, dalam kesempatan tersebut juga menyampaikan, bahwa konservasi keanekaragaman hayati merupakan salah satu mandat bagi Pertamina untuk tetap memelihara kelestarian alam.

“Setiap tahun kita selalu melakukan upaya konservasi keanekaragaman hayati. Baik flora maupun fauna,” ucapnya.

Sementara itu, terkait kegiatan konservasi, Institut Agroekologi Indonesia (INAgri) terlihat menyambut baik insiatif pengembangan hutan edukasi tersebut.

Selaku Pembina INAgri, Syamsul Asinar Radjam menilai, bahwa pemilihan spesies Eucalyptus Deglupta dianggap menarik. Selain nilai eksotisnya, spesies tersebut juga rentan terancam punah.

“Habitat aslinya hanya ada di tiga negara, Indonesia, Filipina (Pulau Mindanao), dan Papua Nugini, dan belum banyak dikembangkan baik untuk tanaman kehutanan maupun konservasi,” ujarnya.

Dikatakannya, tak heran jika Uni Internasional untuk Konservasi Alam atau International Union for Conservation of Nature (IUCN) mengkategorikannya sebagai spesies yang rentan punah (vulnerable).

“Yang terpenting adalah bagaimana program konservasi keanekaragaman hayati diiringi dengan langkah-langkah pengelolaan. Baik pengelolaan kawasan, pengelolaan pengetahuan, maupun pengelolaan produk yang dihasilkan agar memberi manfaat sebesar-besarnya bagi alam dan manusia,” tuturnya.

“Sebagai contoh, jenis flora eukaliptus memiliki potensi minyak atsiri. Sejumlah riset terkini menyebutkan minyak atsiri dari eukaliptus memiliki kemampuan untuk pencegahan penularan covid-19 yang saat ini kita hadapi bersama,” tungkasnya.(cak_in)

Tidak ada komentar

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *


    MAJALAH TERBARU

    Majalah Independen Edisi LIV

    Sponsor

    Wujudkan Supremasi Hukum
    <

    Majelis Dzikir Ustadz H. Hendra Zainuddin

    Bengkel Las Listrik Karya Jaya

    Perumahan

    xBanner Samping
    xBanner Samping
    Beranda Cari Trending Lainnya
    Dark Mode