Sumsel Independen — Hai orang-orang yang beriman, jadikanlah sabar dan shalat sebagai penolongmu, Sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang sabar. (QS. Al ‘Ashr 2-3)
Sabar adalah istilah yang sangat populer dan merupakan salah satu istilah serapan dari bahasa Arab ke dalam bahasa Indonesia, akan tetapi boleh jadi istilah ini belum populer secara “amaliyah” (prakteknya).
Definisi “sabar” dari segi bahasa, artinya: menahan dan mengendalikan diri agar tidak “diperbudak” oleh hawa nafsu dan larut dalam emosi yang berkepanjangan. Secara istilah “sabar adalah: menahan gejolak hawa nafsu untuk meraih hal yang baik atapun lebih baik lagi. Nafsu bukan untuk dimatikan mapun dikubur dalam, melainkan diarahkan agar bernilai positif dan produktif tentunya bermakna ibadah.
Kata “sabar” bisa digambarkan dengan batu yang memiliki sifat yang sangat keras ataupun bisa diartikan kesabaran dengan ketinggian. Ketiga arti ini satu sama lain saling keterkaitan. Jika seseorang mampu menahan gejolak hawa nafsu, hati seseorang menjadi kukuh (kuat) dan akan memperoleh ketinggigan (kemuliaan) baik kemuliaan di mata manusia terlebih lagi di mata Allah SWT.
Sabar tidak mengenal dimensi waktu, ruang, kondisi, gender, status dan strata sosial. Sabar dibutuhkan dalam keadaan dan kondisi apapun. Orang sehat perlu sabar, orang sakit perlu sabar, orang kaya perlu sabar, orang miskin perlu sabar, orang dewasa perlu sabar dan anak-anak pun perlu didik dan latih dengan kesabaran.
Pada saat kuat, baik kuat secara jasmani maupun rohani, maka hendaklah seseorang menggunakan potensi kekuatan tersebut untuk tidak melakukan hal-hal ataupun tindakan-tindakan yang merugikan orang lain, dan sebaliknya di saat keadaan seseoarang terpuruk, lemah dan tidak berdaya maka disitu dituntut untuk bersabar. Demikian juga, pada saat seseorang diberikan amanah hendaknya dilaksanakan dengan penuh kesabaran jagan sampai diperbudak diperdaya oleh nafsu.
Demikian juga pada saat kondisi terbaring sakit maka dituntut untuk bersabar, pada saat sehat juga dilarang untuk melakukan tindakan-tindakan yang jauh dari norma-norma agama, moral, masyarakat dan budaya.
Sabar bukanlah menyerah tanpa usaha atau alasan, bukanlah kekalahan atapun kegagalan, bukan pula perjuangan tanpa usaha. Sabar adalah adanya segala upanya untuk melakukan tindakan maksimal dan tawakal secara totalitas kepada Allah.
Kesabaran merupakan “dhiya’” (cahaya yang amat terang). Karena dengan kesabaran inilah, seseorang akan mampu menembus melewati kegelapan (kegelisahan).
Kesabaran merupakan ciri dari orang yang kuat. Rasulullah SAW bersabda: “Orang yang kuat bukanlah orang yang pandai bergulat, namun orang yang kuat adalah orang yang memiliki jiwanya (menahan amarah) ketika marah”.
Sabar merupakan salah satu sifat yang terpuji, sifat yang melekat pada diri kekasih-kekasih Allah dalam memperjuangkan dan membela panji-panji agama Islam. Ketika “melamar” menjadi murid Nabi Khidir, Nabi Musa AS diminta memenuhi satu syarat saja, yaitu sabar. Kesabaran dapat membantu dalam melakukan segala pekerjaan atapun aktivitas. Sabar adalah kunci dari sebuah kesuksesan.
Di antara dimensi kesabaran: Sabar dalam ketaatan, sabar dalam menunaikan kewajiban dan sabar dalam menahan diri dari kemaksiatan dan segala yang diharamkan. Sabar dalam menghadapi hinaan dan rayuan. Sabar terhadap semua bala’ bencana dan musibah yang ditakdirkan. Sabar dalam memelihara persatuan kesatuan. Sabar dalam menegakkan kebenaran dan keadilan. Sabar dalam menuntut ilmu pengetahuan dan sabar dalam bekerja dan berkarya.
Sabar dibutuhkan dalam semua situasi, tanpa kesabaran seseorang akan terjerumus dalam lembah kerugian dan penuuh penyesalan. Wallahu a’lamu bisshawab
Penulis:
Dr. H. Abdurochman, M.Ed
Universitas Islam An-Nur Lampung
<
Tidak ada komentar