
Sumsel Independen – Pengurus Besar Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PB PMII) melalui Bidang Kaderisasi Nasional, menggelar dialog interaktif secara Hybrid di Mercure Hotel Cikini, Minggu (24/10). Kegiatan yang dihadir olehi 50 peserta, berjalan dengan protokol kesehatan yang ketat dari panitia penyelenggara.
Kegiatan yang bertajuk “Technology and Professionalism”, yg juga diikuti oleh ratusan kader di seluruh Indonesia secara online. Melalui kegiatan tersebut, diharapkan dapat memotivasi kader untuk memiliki kompetensi yang dibutuhkan di masa depan.
Ketua Umum PB PMII M. Abdullah Syukri (Abe) menegaskan, bahwa kader PMII harus menyambut kemajuan dengan mempertahankan identitas aktivis, yang idealis dan kritis.
“Seperti yang disampaikan guru-guru kita, tetap mempertahankan akhlak, tradisi keilmuan, dan kajian kebangsaan dan keislaman. Disamping kita menyerap kemajuan-kemajuan yang ada tanpa menghilangkan identitas satu pun identitas kita sebagai aktivis yang kritis dan idealis,” tegas Abe dalam sambutannya.
Kegiatan dialog tersebut dipandu oleh moderator Nadya Alfi, selaku pengurus Kopri PB PMII. Sebagai pengantar, Ia memulai pembicaraan dengan pertanyaan mewakili keresahan kade – kader PMII, yakni bagaimana seharusnya kader PMII menghadapi perkembangan teknologi yang ada.
Sekertaris Ikatan Alumni PB PMII, M. Hanif Dhakiri sebagai narasumber pertama membuka pembicaraan dengan mengajak peserta untuk membuka diri dari perkembangan zaman, “dimana dunia digital menjadi bagian dari kehidupan berbangsa dan bernegara hari ini. Kader PMII harus responsif terhadapan perubahan zaman, jika ingin tetap bertahan, atas perubahan zaman ini peserta harus memiliki daya saing dan memiliki nalar kompetisi”, kata mantan menteri ketenagakerjaan di kabinet kerja
Kemudian, materi kedua dipaparkan oleh Habibi Salim selaku Founder Axar School Jakarta, menyampaian bagaimana kesiapan format kaderisasi untuk menjawab perubahan zaman yang berjalan dinamis.
“peran dari pengurus besar PMII, perlu mendorong daya kreatifitas seluruh kader dengan membuat skema kebijakan yang tepat. Setidaknya hal ini, bisa dilakukan melalui berbagai pelatihan yang diadakan oleh pengurus besar”,jelas sahabat Habibi.
Selain itu, pemateri ketiga, Sabrang atau lebih dikenal Neo Letto, yang juga selaku penggerak platfom digital Syimbolic.id. menurutnya, yang perlu diingat oleh kita semua, bahwa tidak semua orang memiliki kreatifitas dan tidak semua tempat memerlukan kreatifitas.
“ada banyak hal yang dapat diambil oleh kita semua, ini bergantung pada konteks kesesuaian dengan organisasi PMII. Begini, yang perlu dipahami, ada dua dunia yaitu dunia kepastian dan dunia kemungkinan, kreatifitas tidak dibutuhkan didunia kepastian karena berbagai hal sudah ditetapkan dan bersifat pasti. Akan berbeda dengan dunia kemungkinan, kreatifitas dapat dilakukan pada berbagai hal yang serba tidak pasti, kreatifitas hanya dapat didorong dari dalam dan tidak dari luar dirinya,” tambah Sabrang.
Sementara, ketua Networ for Indonesian Democratic Society Dahliah Umar memaparkan bahwa Indonesia memiliki banyak potensi yang dapat dieksplore, akan tetapi hal ini terkendala karena kesenjangan antar berbagai daerah, pembangunan yang masih Jakarta sentris.
“pengurusan hari ini, sudah membuat perubahan dengan menggunakan platfom digital, e-PMII untuk memudahkan berbagai kerja-kerja organisasi. Yang perlu dijaga oleh pengurus adalah data pribadi kader, yang harus dijaga. Selain itu, data berbagai potensi dan persebaran kerja kader harus dimiliki, saatnya argumentasi pengurus berdasar data dan bukan asumsi belaka,” tegas Dahliah.
Kegiatan tersebut diakhiri dengan hiburan akustik, bersama Hanif Dhakiri dan Neo Letto turut meramaikan suasana forum. (Rl)
