Griya Literasi

Hampir Hilang, Tradisi Rumpak-rumpakan Masih Bertahan di Seberang Ulu 1

Senin, 24 Apr 2023 21:28 2 menit membaca
PEMKAB MUBA

Sumsel Independen — Bagi sebagian besar orang, Lebaran tidak hanya tentang pakaian baru dan kue-kue lezat, momen lebaran ialah momen yang paling dinantikan, Lebaran juga menjadi ajang berkumpul dan bersilaturahmi dengan keluarga, sahabat, dan tetangga. Ini juga mencerminkan budaya ketimuran yang dianut di Indonesia.

Di Palembang, salah satu tradisi lebaran yang hampir hilang ialah Rumpak-rumpak. Merangkum dari beberapa sumber, Rumpak-rumpak merupakan tradisi silaturahmi atau sanjo saat Hari Raya Idul Fitri atau 1 Syawal yang dilakukan warga keturunan Arab di Kelurahan Kuto Batu Palembang. Namun, selain dilakukan di Kelurahan Kuto Batu, tradisi ini juga dilakukan di beberapa daerah lain di Palembang, salah satunya di Seberang Ulu 1.

Salah seorang warga 1 Ulu yang masih ikut melakukan tradisi rumpak-rumpak, Kemas Syamsuri Arfani (51), menyampaikan bahwa tradisi ini sudah ada sejak beberapa tahun lalu dan dilakukan beberapa hari bahkan satu minggu. Dimulai dari hari pertama Idul Fitri atau setelah shalat Ied dengan berkunjung dari rumah ke rumah.

“Memang sudah ada dari zaman orang tua kami dulu, berkunjung dari rumah ke rumah tapi yang diutamakan rumah keluarga dan sanak saudara” kata Arfan saat diwawancarai, Rabu (22/04/2023).

Arfan menerangkan, awalnya tradisi rumpak-rumpak di 1 Ulu hanya bersilaturahmi dan pembacaan do’a, tak lupa jamuan makanan atau minuman dari tuan rumah. Namun, semenjak tahun 1990 atau 2000-an, tradisi ini ditambah dengan iringan alat musik terbangan dan soraful anam (musik khas yang mengiringi sholawat atau pujian kepada Allah SWT dan Nabi Muhammad SAW).

Menurut Arfan, rumpak-rumpakan ini tidak hanya boleh dilakukan oleh orang yang memiliki keturunan Arab saja. “Mengingat rumpak-rumpak ini merupakan tradisi bersilaturahmi baik dengan keluarga, sanak saudara, atau bahkan tetangga. Jadi, siapapun boleh mengikuti bahkan dari semua kalangan usia,” tambahnya.

Di akhir wawancara, Arfan menyampaikan harapannya untuk tetap menjaga tradisi rumpak-rumpak ini. Karena dengan begitu keakraban antara keluarga, sanak saudara, bahkan tetangga bisa tetap terjaga walaupun hanya dilakukan saat Hari Raya Idul Fitri.

“Bahkan sekarang tradisi ini sudah hampir hilang, jadi kalau bukan kita sebagai penerus sendiri yang menjaganya mungkin sekarang sudah tidak dilakukan lagi tradisi rumpak-rumpak di 1 Ulu ini,” pungkasnya.

Penulis : Nyimas Nandita Noeresha Aryan.

Tidak ada komentar

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *


    MAJALAH TERBARU

    Majalah Independen Edisi LIV

    Sponsor

    Wujudkan Supremasi Hukum
    <

    Majelis Dzikir Ustadz H. Hendra Zainuddin

    Bengkel Las Listrik Karya Jaya

    Perumahan

    xBanner Samping
    xBanner Samping
    Beranda Cari Trending Lainnya
    Dark Mode