Griya Literasi

Imbas Tingginya Debit Air, Penambang Pasir Di OKU Timur Berhenti Beroperasi

Rabu, 26 Jan 2022 16:09 2 menit membaca
PEMKAB MUBA

Sumsel Independen – Intensitas hujan yang tinggi terus mengguyur wilayah Kabupaten OKU Timur dan Kabupaten OKU Selatan hampir selama satu bulan terakhir mengakibatkan debit air Sungai Komering tak kunjung surut. Yang berimbas kepada aktifitas penambangan pasir tradisional terpaksa berhenti sementara waktu.

Terhentinya aktifitas penambang pasir di sepanjang Tepian sungai Komering, Desa Tanjung Kemala, disebabkan selain tingginya debit air juga karena derasnya arus sungai.

Selain itu, berhentinya penambang pasir manual juga disebabkan karena keruhnya aliran sungai komering. Sehingga membuat mereka mengalami kesulitan untuk menyelam dalam mengambil pasir dan batu koral

“Ada puluhan penambang pasir di sepanjang Tepian Komering ini. Untuk penambang manual sebagian besar libur. Sedangkan untuk mereka yang menggunakan mesin masih beroperasi meskipun ada sebagian yang juga berhenti,” kata Ujang (38) salah satu penambang pasir di Tepian Komering, Desa Tanjung Kemala, Kecamatan Martapura, Rabu (26/01/2021).

Griya Literasi

Lebih lanjut dirinya menjelaskan, penambang pasir dan koral biasanya akan kembali beraktifitas setelah aliran Sungai Komering kembali normal atau minimal tidak terlalu keruh. Supaya koral dan pasir tidak mengalami kerusakan akibat kotoran seperti kayu dan ranting pohon yang terbawa arus sungai.

“Banjir itu sudah dipastikan membawa kotoran dan kayu. Terpaksa kami menghentikan penyelaman. Tentunya dengan berhenti aktifitas penambang ini membuat perekonomian kami terganggu. Kami bergantung pada tambang pasir ini. Jadi jika tidak menambang kami tidak ada pemasukan,” katanya.

Sementara itu, Andre (40) yang juga penambang pasir tradisional yang biasa menyelam sungai komering untuk mencari pasir dan koral mengaku terpaksa berhenti karena derasnya arus sungai. Saat ini dirinya beralih menjadi transport pasir namun ini juga tidak bisa menjadi patokan baginya pasalnya stok pasir di lokasi tidak ada.

“Kami menyelam untuk mengambil pasir dan koral menggunakan anyaman bambu atau rotan. Jika air meluap maka akan membahayakan kami karena air yang deras kerap membawa kayu dan benda berbahaya lainnya. Untuk sementara saya menyambi transport pasir. Tapi hasil dari transport pasir ini tidak menentu karena stok pasir yang tidak banyak,” pungkasnya. (Jodi)

Cak_In

Cak_In

Tidak ada komentar

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *


    Sponsor

    Wujudkan Supremasi Hukum
    <

    Majelis Dzikir Ustadz H. Hendra Zainuddin

    Bengkel Las Listrik Karya Jaya

    Perumahan

    xBanner Samping
    xBanner Samping
    Beranda Cari Trending Lainnya
    Dark Mode