Griya Literasi

Kehancuran Orde Baru: Sejarah Penuh Ketidakpastian Indonesia Pasca Kejatuhan Soeharto

Sabtu, 3 Jun 2023 13:39 3 menit membaca
PEMKAB MUBA

Sumsel Independen — Sebuah babak baru dalam sejarah Indonesia terjadi pada 21 Mei 1998, saat Orde Baru yang telah berkuasa selama 32 tahun merosot dalam rentang 5 bulan penuh kerusuhan dan ketidakpastian. kejatuhan Soeharto, pemimpin otoriter yang menguasai negeri ini, telah mengubah wajah politik dan sosial Indonesia.

Foto-foto ikonik yang diabadikan oleh fotografer Erik Prasetya pewarta foto BBC Indonesia pada tahun 1998 menjadi saksi bisu dari gejolak itu. Dalam satu foto, terlihat seorang mahasiswa berhadapan dengan aparat polisi, hanya dipisahkan oleh bendera merah putih. Foto lain menunjukkan seorang ibu yang tak kuasa menahan tangis di depan jenazah anaknya, salah satu korban mahasiswa Trisakti yang tewas ditembak.

Peristiwa ini menjadi puncak dari serangkaian protes dan kritik terhadap kekuasaan Soeharto dan Orde Baru. Suara-suara kritis dari berbagai kalangan, mulai dari partai politik, ormas, ulama, aktivis, hingga intelektual, semakin menggoyang fondasi kekuasaan rezim tersebut. Meskipun Soeharto berhasil memenangkan pemilihan umum pada 1997, namun kelemahan Orde Baru semakin terlihat nyata.

krisis ekonomi yang melanda Asia pada pertengahan 1997 menjadi pukulan telak bagi Indonesia. Mata uang rupiah merosot drastis, investor menarik dana mereka, dan kebijakan pemerintah tidak cukup efektif dalam menangani krisis. Soeharto akhirnya meminta bantuan IMF, namun syarat-syarat yang diajukan IMF, termasuk penutupan 16 bank yang tidak sehat, justru memperparah kondisi ekonomi.

Griya Literasi

krisis ekonomi juga diikuti oleh krisis politik yang semakin meruncing. Inflasi tinggi, kemiskinan, dan ketidakstabilan merambah seluruh negeri. Kritik terhadap kebijakan Orde Baru semakin menguat, termasuk desakan agar Soeharto mundur dari jabatannya. Pada 21 Mei 1998, Soeharto mengumumkan pengunduran dirinya setelah merasa kehilangan dukungan yang cukup besar.

Namun, setelah kejatuhan Soeharto, harapan untuk perubahan yang demokratis tidak segera terwujud. Selama 25 tahun pasca-reformasi 1998, Indonesia dihadapkan pada berbagai ketidakpastian dan tantangan baru. Sistem politik yang rentan, korupsi, oligarki, dan pembatasan kebebasan sipil menjadi masalah yang harus dihadapi.

Bahkan beberapa lembaga internasional menempatkan Indonesia pada peringkat rendah dalam hal korupsi dan kebebasan sipil. Indeks korupsi menunjukkan penurunan drastis, sementara kebebasan sipil masih dihadapkan pada berbagai hambatan, seperti diskriminasi terhadap kelompok minoritas dan pendekatan militeristik di Papua.

Seiring berjalannya waktu, upaya untuk mewujudkan harapan ideal setelah reformasi 1998 masih mengalami kendala. Perjalanan menuju Indonesia yang lebih demokratis dan stabil ternyata masih tertatih-tatih. Dalam peringatan 25 tahun reformasi 1998, kita diingatkan bahwa perjuangan untuk mencapai cita-cita demokrasi yang lebih baik harus terus dilanjutkan.

Kendati demikian, kejatuhan Soeharto dan Orde Baru tetap menjadi tonggak penting dalam sejarah Indonesia modern. Peristiwa tersebut telah mengubah lanskap politik dan membuka ruang bagi perubahan yang lebih besar. Dengan kesadaran akan tantangan dan ketidakpastian yang masih ada, Indonesia terus berjuang untuk memperkuat fondasi demokrasi dan membangun masa depan yang lebih baik bagi semua warganya. (**)

Tidak ada komentar

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *


    MAJALAH TERBARU

    Majalah Independen Edisi LIV

    Sponsor

    Wujudkan Supremasi Hukum
    <

    Majelis Dzikir Ustadz H. Hendra Zainuddin

    Bengkel Las Listrik Karya Jaya

    Perumahan

    xBanner Samping
    xBanner Samping
    Beranda Cari Trending Lainnya
    Dark Mode