Griya Literasi

Pesona Wayang dan Payung Teduh Hipnotis Kaum Milenial

Minggu, 26 Jan 2020 23:01 2 menit membaca
PEMKAB MUBA

Sumsel Independen – Melalui komitmennya dalam melestariakan budaya kota Palembang, Dewan Kesenian Palembang (DKP) yang dikomandoi oleh Iqbal Rudianto kembali sukses gelar kegiatan.

Dengan menampilkan pagelaran Wayang Palembang, DKP terus optimis dalam memajukan dan melestarikan kebudayaan kota Palembang.

Ketua DKP, Iqbal Rudianto menjelaskan bahwa Wayang Palembang juga merupakan program kerja Dewan Kesenian Palembang (DKP) yang telah dirancang sejak usai pelantikan.

“Hari ini kita sengaja tampilkan dengan unik juga yaitu digabungkan dengan acara konser musik Payung Teduh yang kebetulan kita memiliki jadwalnya juga. Jadi kita kolaborasikan antara kearifan budaya lokal dan warisan budaya Palembang yang kita promosikan,” kata Pria yang akrab disapa Didit tersebut di Guns Cafe Jalan Merdeka Palembang, Minggu (26/01) malam.

Owner Guns Cafe itu juga mengungkapkan rasa syukurnya atas kegiatan yang digelar dan diramaikan oleh para anak muda kaum milenial yang ada di kota Palembang.

“Mudah-mudahan wayang kota Palembang ini atau wayang Palembang ini mampu dikenal oleh masyarakat dan mampu dilestarikan serta dicintai juga oleh masyarakat kota Palembang,” ucapnya.

Sementara itu, Ki Agus Wirawan Rusdi yang merupakan Dalang dalam pagelaran seni Wayang Palembang tersebut menyampaikan, bahwa banyak suatu kemiripan antara wayang Palembang dengan wayang khas dari daerah Jawa.

Griya Literasi

“Karena dulu masuknya dari Abad 17 Jawa ke Palembang itu berupa wayang klasik atau wayang kulit, tapi ada tatahan dan pakaian yang warnanya tidak ada di Jawa seperti dominan warna merah dan hijau, cerita sama mengekspos mahabarata dan ramayana cuma ada karangan2 dari dalang terdahulu tentang kehidupan sehari-hari di Palembang dan tingkah laku,” paparnya.

Pria yang memulai karir sebagai Dalang sejak tahun 2004 itu mengungkapkan bahwa dirinya merasa terpanggil untuk melestarikan warisan nenek moyangnya.

“Dalam kehidupan berkeluarga biasanya anak pertama yang mewarisi, tapi usaha sudah banyak dilakukan untuk meregenerasi dalang wayang Palembang, tetapi karena mungkin sebagian orang melihat dari sisi lain, yaitu menjadi seorang dalang di kota Palembang tidak sama dengan di Jawa,” keluhnya.

Wirawan juga bercerita, bahwa penampilannya tersebut bukanlah hal pertama di kota Palembang, dirinya juga pernah menjadi dalang dalam pagelaran di suatu Instansi Pemerintahan hingga di bawah Jembatan Ampera.

Pria keturunan ke tiga dari sang kakeknya yang merupakan dalang pertama sejak tahun 1950 itu berharap akan ada generasi baru yang mampu untuk menjadi seorang dalang serta mewarisi irama penambuh gamelan.

“Karena, disamping seorang dalang, kalau tidak ada suara gamelan rasa seperti kurang greget, istilahnya pengrawit juga tolong diperhatikan. Dan saya senang sekali dengan ada event seperti ini. Bahkan, ini baru pertama kali wayang masuk cafe,” ucapnya. (WrC)

Tidak ada komentar

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *


    MAJALAH TERBARU

    Majalah Independen Edisi LIV

    Sponsor

    Wujudkan Supremasi Hukum
    <

    Majelis Dzikir Ustadz H. Hendra Zainuddin

    Bengkel Las Listrik Karya Jaya

    Perumahan

    xBanner Samping
    xBanner Samping
    Beranda Cari Trending Lainnya
    Dark Mode