Griya Literasi

Kementerian Kesehatan Gencarkan Upaya Pencegahan Obesitas melalui Aktivitas Fisik

Minggu, 16 Jul 2023 15:31 3 menit membaca
PEMKAB MUBA

Sumsel Independen – Di tengah meningkatnya gelombang Obesitas yang melanda Indonesia, tampaknya kurangnya Aktivitas Fisik telah menjadi salah satu penyebab utama yang memperparah situasi ini. Dengan gaya hidup modern yang semakin cenderung kepada kemudahan dan ketergantungan pada teknologi, kegiatan fisik yang aktif dan rutin telah tergerus, membuka jalan bagi terjadinya peningkatan drastis dalam jumlah individu yang mengalami Obesitas di seluruh negeri.

Melansir laman kemenkes.go.id, Menurut Ketua Tim Kerja Penyakit Diabetes Melitus dan Gangguan Metabolik, dr. Esti Widiastuti, MScPH, kurangnya Aktivitas Fisik mempengaruhi seseorang menjadi Obesitas. Berdasarkan data Riskesdas 2018, angka Obesitas nasional mencapai 21,8% berdasarkan pengukuran indeks massa tubuh. Data ini juga mengungkapkan bahwa proporsi orang yang kurang beraktivitas fisik cukup tinggi.

”Berbicara tentang Obesitas itu berbicara bahwa apa yang masuk ke dalam tubuh dengan apa yang keluar. Tapi kalau apa yang masuk lebih banyak akhirnya menumpuk dan penumpukan kalori yang masuk itu akan menjadi lemak sehingga jadilah overweight dan Obesitas,” ujarnya pada konferensi pers di gedung Kemenkes, Jakarta, Selasa (11/7).

Dampaknya, menurut dr. Esti, banyak orang yang menganggap Obesitas sebagai faktor risiko untuk penyakit tidak menular lainnya. Hal ini disebabkan oleh kombinasi beberapa faktor, seperti kurangnya Aktivitas Fisik dan asupan kalori yang tinggi.

Salah satu faktor yang memengaruhi kurangnya Aktivitas Fisik adalah penggunaan ponsel pintar yang tidak terkontrol, membuat penggunanya menjadi malas bergerak. Untuk mengatasi masalah ini, Kementerian Kesehatan telah merancang strategi pencegahan melalui promosi kesehatan dan pengelolaan Obesitas dengan mengendalikan faktor risiko penyakit tidak menular (PTM).

Promosi kesehatan dilakukan di fasilitas kesehatan primer, seperti Puskesmas, dengan melakukan deteksi dini melalui pengukuran berat badan dan lingkar perut. Masyarakat juga diimbau untuk memperbaiki gaya hidup, seperti tidak merokok, meningkatkan Aktivitas Fisik, serta meningkatkan konsumsi protein, buah, dan sayur.

Sementara itu, pengendalian faktor risiko PTM dilakukan melalui penanganan Obesitas yang adekuat, terapi Obesitas seperti diet sehat, latihan fisik, modifikasi perilaku, pendekatan medis, dan rujukan.

Namun, masalah Obesitas tidak hanya berdampak pada orang dewasa, tetapi juga pada anak-anak.

Plt Direktur Gizi dan Kesehatan Ibu dan Anak, dr. Lovely Daisy, MKM, mengungkapkan bahwa kasus Obesitas pada anak meningkat sebanyak 10 kali lipat dalam 4 dekade terakhir, mulai dari tahun 1975 hingga 2016, pada usia 5 hingga 19 tahun.

Obesitas dikaitkan dengan kurangnya Aktivitas Fisik. Kalau kita lihat data Riskesdas 2018 anak usia 10 sampai 14 tahun itu yang kurang aktivitas sebanyak 64%. Ini sebenarnya nyambung kalau kita ngukur tingkat kebugaran anak-anak sekolah itu sebagian besar tidak bugar, artinya memang ini risiko tinggi apalagi ditambah dengan pola konsumsi anak-anak kita yang kurang baik,” ucap dr. Lovely.

Obesitas pada anak juga erat kaitannya dengan jumlah anak yang tidak sarapan sebelum berangkat ke sekolah. Berdasarkan data Riskesdas 2018, sebanyak 65% anak-anak tidak sarapan dan memilih makanan jajanan di sekolah tanpa pengawasan orang tua.

Oleh karena itu, pemantauan pertumbuhan pada anak harus dilakukan secara rutin setiap bulan. Hal ini penting untuk mendeteksi gangguan pertumbuhan, baik itu kekurangan maupun kelebihan gizi, sehingga intervensi dapat dilakukan dengan cepat.

Strategi pencegahan Obesitas pada anak meliputi pengaturan pola makan yang terjadwal, dengan makan makanan pokok 3 kali sehari dan makanan selingan dua kali sehari. Selain itu, penting juga untuk rutin melakukan Aktivitas Fisik dan orang tua harus menyediakan makanan yang bergizi seimbang serta membantu anak-anak belajar untuk memilih makanan yang sehat.

”Rutin melakukan Aktivitas Fisik dan orang tua harus menyediakan makanan yang bergizi seimbang dan membantu anak belajar lebih selektif dan sehat terhadap makanan yang dikonsumsi,” katanya

Dengan kesadaran akan pentingnya Aktivitas Fisik dan pengaturan pola makan yang seimbang, diharapkan kasus Obesitas dapat ditekan dan masyarakat dapat hidup dengan gaya hidup yang lebih sehat. (Cak_In/Net)

Cak_In

Cak_In

Tidak ada komentar

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *


    MAJALAH TERBARU

    Majalah Independen Edisi LIV

    Sponsor

    Wujudkan Supremasi Hukum
    <

    Majelis Dzikir Ustadz H. Hendra Zainuddin

    Bengkel Las Listrik Karya Jaya

    Perumahan

    xBanner Samping
    xBanner Samping
    Beranda Cari Trending Lainnya
    Dark Mode