Griya Literasi

Ketua PGRI: Guru dan Wali Murid Jangan Sensitif 

Senin, 4 Des 2023 14:08 2 menit membaca
PEMKAB MUBA

Sumsel Independen – Seiring berkembangnya zaman, rupanya ada perbedaan dalam pola mendidik anak di dalam kelas. Bila dahulu, hukuman yang diberikan pendidik kepada peserta didik tidak begitu sensitif, namun beda halnya dengan sekarang ini. Orang tua mudah saja untuk melaporkan hingga membawa ke jalur hukum, saat anaknya diberi hukuman oleh guru.

Ketua Persatuan Guru Republik Indonesia (PGRI) Dr Hasperi Susanto SPd MM mengatakan, terdapat perbedaan zaman dahulu dengan zaman sekarang di dunia pendidik. Bila dahulu, saat siswa di hukum guru maka jarang sekali bahkan hampir tidak ada orang tua yang lakukan pelaporan hingga ke ranah hukum. Namun sekarang malah kebalikannya, orang tua mudah sekali untuk membuat laporan dengan dugaan kekerasan yang dilakukan guru kepada anaknya.

“Ingat, wali murid dan para pendidik (guru) jangan sensitif. Orang tua harus mencari tahu lebih detail dulu, kenapa hukuman bisa terjadi. Pendidik juga jangan semena-mena, berikan hukuman yang masih berada sesuai koridornya. Karena sekarang ini, anak kena cubit sedikit saja, orang tua sudah langsung membawa ke ranah hukum,” jelasnya.

Sebagai orang tua kedua di rumah kedua, tentunya guru juga memiliki sumpah janji guru dan UU yang mengharuskan guru, untuk bersikap elegan. Juga sudah bukan zamannya lagi, untuk memberi hukuman dengan menggunakan fisik. Sebab masih ada cara lain yang bisa guru lakukan untuk memberi efek jera kepada siswa, seperti meminta siswa membuat perjanjian dengan tulisan yang dibuat siswa sendiri sampai beberapa lembar hingga melakukan panggilan orang tua.

“Karena tidak ada guru yang tidak sayang kepada anaknya. Guru adalah orang tua kedua setelah orang tua di rumah, yang mendidik dan memberikan ilmu,” tegas Hasperi.

Hasperi juga apresiasi langkah Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Lahat, dengan adanya kurikulum muatan lokal Baca Tulis Al-Quran. Kurikulum tersebut, jadi cara untuk mencegah kenakalan remaja, bullying, dan perundungan.

“Saya harap tidak ada siswa yang melawan guru hingga lakukan kekerasan, begitu juga sebaliknya tidak ada guru yang main fisik. Semua harus disikapi dengan sehat. Mulok BTA jadi pagar bagi diri anak agar beretika dan beragama,” harapnya. (via)

Laporan: Via Arzani

Tidak ada komentar

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *


    MAJALAH TERBARU

    Majalah Independen Edisi LIV

    Sponsor

    Wujudkan Supremasi Hukum
    <

    Majelis Dzikir Ustadz H. Hendra Zainuddin

    Bengkel Las Listrik Karya Jaya

    Perumahan

    xBanner Samping
    xBanner Samping
    Beranda Cari Trending Lainnya
    Dark Mode