Griya Literasi
Pemkot

Perempuan dan Kekerasan Seksual

Kamis, 23 Mei 2024 14:26 4 menit membaca
PEMKAB MUBA

Sumsel Independen – Nama vina belakangan santer terdengar setelah kisahnya diangkat menjadi sebuah film layar lebar berjudul “Vina, Sebelum 7 Hari”, film bergendre horor yang kait eratannya dengan Kekerasan Seksual dan pembunuhan. Awal mula kisahnya dimulai dengan kematian seorang gadis berusia 16 tahun tersebut yang diduga disebabkan karena kecelakaan sepeda motor tunggal dan ditemukan tewas tergeletak di Jalan Layang Cirebon pada tahun 2016 lalu.

Namun pihak kepolisian menemukan banyak kejanggalan saat melakukan pemeriksaan dan akhirnya mulai menemui titik terang setelah teman Vina melaporkan kejadian tersebut sebagai peristiwa pembunuhan. Dalam penyelidikan Vina mengalami pengeroyokan oleh geng motor di Jalan Perjuangan, Cirebon. Vina diperkosa secara bergantian oleh 11 orang sebelum akhirnya tewas. Salah satu anggota geng motor tersebut yakni Egi adalah seorang yang diduga menjadi dalang atau otak pembunuhan Vina.

Menurut kepolisian, motif Egi merencanakan pembunuhan itu karena dirinya jatuh hati pada Vina. Vina menolak cinta Egi karena ia sudah bersama dengan Eky yang juga merupakan teman Egi. Secuil cerita tersebut menggambarkan betapa menyedihkannya Perempuan apabila dikaitkan dengan Kekerasan, terlebih Kekerasan Seksual.

Kasus Kekerasan Seksual di Indonesia sebenarnya merupakan isu yang serius dan sangat membutuhkan perhatian, berdasarkan data dari KemenPPPA selama Januari hingga 29 Mei 2023, tercatat setidaknya terdapat 9.645 kasus Kekerasan dengan rincian sebanyak 8.615 
Korban Perempuan dan 1.832 Kekerasan terhadap laki-laki dan dan sebanyak 4.280 kasus Kekerasan tersebut merupakan kasus Kekerasan Seksual, hal ini menunjukkan bahwa Perempuan masih menjadi target utama bagi pelaku Kekerasan Seksual, Perempuan acap kali dianggap sebagai objek pemuas nafsu padahal Perempuan fitrahnya merupakan mahluk yang  harus dihormati dan dijaga dan dilindungi.

Kekerasan Seksual memiliki dampak yang sangat merusak bagi korban maupun keluarga korban. Banyak efek negatif yang muncul bagi korban Kekerasan Seksual. Seperti Korban Kekerasan Seksual sangat rentan mengalami masalah pada organ Seksual dan reproduksinya misalnya infeksi menular Seksual dan gangguan pada organ reproduksi. Selain itu Kekerasan Seksual juga bisa menyebabkan gangguan kejiwaan, seperti trauma psikologis, depresi, dan  korban juga berisiko mengalami masalah perilaku akibat Kekerasan Seksual.

Yang lebih miris, terkadang setelah muncul kasus Kekerasan Seksual terhadap Perempuan di media sosial, tak jarang beberapa nitizen gagal focus terhadap kejadian Kekerasan tersebut dan upaya pengawalan terhadap pihak berwajib dalam memberikan tindak lanjut bagi pelaku, namun malah menyalahkan pihak Perempuan dengan mengomentari cara berpakaian Perempuan yang dianggap salah karena terbuka, atau mengomentari aktifitas Perempuan yang dianggap memancing birahi pelaku, padahal kendati demikian seharusnya laki-laki juga membekali diri mereka dengan agama dan kesadaran akan kehidupan Seksual yang benar, penting pula untuk memberikan dukungan moral dan bantuan kepada korban Kekerasan Seksual agar memunculkan empati dan korban tidak merasa disalahkan bahkan diasingkan dan malah membuat kondisi psikisnya semakin terganggu. Perlu bagi kita untuk menyadari bahwa Kekerasan Seksual sebenarnya bias menimpa siapa saya, mungkin diri kita atau orang terdekat kita agar kita mampu menyikapi bijak kasus yang ada dan tidak menyudutkan korban serta seolah memposisikan mereka sebagai tersangka.

Meningkatkan kesadaran tentang pencegahan dan penanganan Kekerasan Seksual menjadi penting untuk dilakukan bagi setiap orang. Beberapa cara yang bisa kita terapkan diantaranya: memberikan pendidikan mengenai gender sedini mungkin, dimulai dengann memperkenalkan pada anak tentang pelecehan Seksual dan risiko dari Kekerasan Seksual serta mengajarkan batasan untuk bagian tubuh yang bersifat pribadi pada anak.

Hal kedua yang dapat kita lalukan adalah kita sebaiknya menghindari Tempat yang Berbahaya, hindari lingkungan sepi, gelap, atau tempat yang mungkin menjadi lokasi untuk bermabuk-mabukan, pilih jalan yang dilengkapi penerangan (lampu jalan), perlu juga menghindari tempat yang terlalu ramai, seperti pada saat naik kereta api, berada di gerbong wanita juga bisa membantu menghindari berdesak-desakan dengan penumpang pria.

Ketiga, Meskipun manusia adalah makhluk sosial, hindari menaruh rasa percaya sepenuhnya terhadap orang yang baru dikenal. Jaga jarak dengan mereka yang bukan anggota keluarga atau kerabat yang benar-benar dekat. Selanjutnya hindari obrolan yang terlalu menjurus ke arah pornografi, terutama dengan orang yang baru dikenal. Hal ini dapat membuka celah untuk tindak pelecehan Seksual.

Selain itu tentu saja menjaga cara berpakaian dan bersikap menjadi salah satu factor penting yang dapat membuat orang lain tidak menganggap kita sebagai objek Kekerasan Seksual. Ingatlah bahwa pencegahan Kekerasan Seksual adalah tanggung jawab bersama, dan kita semua harus berperan aktif dalam menciptakan lingkungan yang aman dan bebas dari pelecehan Seksual. Terakhir, jika kita atau seseorang yang kita kenal mengalami Kekerasan Seksual, segera cari bantuan dari profesional kesehatan atau lembaga yang berkompeten.
 
Penulis :
Adelia Damayanti, S.sos
Prof. Isna Wijayani

Tidak ada komentar

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *


    MAJALAH TERBARU

    Majalah Independen Edisi LXIII
    Majalah Independen Edisi LXI

    Sponsor

    Wujudkan Supremasi Hukum
    <

    Majelis Dzikir Ustadz H. Hendra Zainuddin

    Bengkel Las Listrik Karya Jaya

    Perumahan

    xBanner Samping
    xBanner Samping
    Beranda Cari Trending Lainnya
    Dark Mode