
Sumsel Independen – Pilkada serentak 2020 kali ini membutuhkan perhatian lebih oleh para pemantau pemilu baik nasional maupun lokal di 270 wilayah Indonesia yang melakukan Pilkada serentak. Catatan yang secara khusus dipantau kali ini adalah isu pelaksanaan protokol kesehatan dan penggunaan aplikasi Sirekap. Hal tersebut juga disampaikan oleh Dahliah Umar, Ketua Netfid (Network for Indonesia Democratic Society) atau Jaringan untuk Masyarakat Demokratik Indonesia.
“Secara umum penyelenggara pemilu dan pemilih sudah berusaha keras menjalankan pemantauan dengan sebaik-baiknya, di wilayah yang Netfid pantau, 85% sudah menjalankan protokol kesehatan. Meskipun saat pagi hari ada persoalan kerumunan dari masyarakat yang antusias mengikuti Pilkada” jelas Dahliah Umar.
Selain itu ada beberapa kejadian yang terjadi di TPS 001, Kelurahan Parang, Kecamatan Mamajang, Makassar. Banyak anak-anak di bawah umur yang di bawah masuk dalam TPS. Selain itu, juga ada pemilih yang dibiarkan oleh KPPS memasuki bilik TPS tanpa menggunakan masker dan sarung tangan.
Sementara itu berkaitan dengan penggunaan aplikasi Sirekap, tampak bahwa mayoritas TPS tidak berhasil mengirimkan hasil pencatatan penghitungan suara melalui aplikasi tersebut. “Di beberapa daerah terkendala jaringan, namun mayoritas tidak bisa mengirim karena persoalan server tampak tidak bisa diakses, server error, server down” Jelas Dahliah kembali.
Di TPS 02 Desa Meranjat 2, Kecamatan Indralaya Selatan, Kabupaten Ogan Ilir, Sumatera Selatan, petugas TPS berulangkali mencoba mengirimkan foto hasil penghitungan, namun tidak juga berhasil.
“Secara umum para pemantau Netfid melaporkan situasi Pilkada Serentak yang kondusif. Netfid tercatat melakukan pemantauan di 5 provinsi dan 41 Kabupaten kota di 14 provinsi di Indonesia.” pungkasnya. (Ril/Al)
