Sumsel Independen — Kualitas Udara di Palembang semakin memburuk akibat dampak Kebakaran Hutan dan lahan (Karhutla) yang terjadi di dua Kabupaten di Sumatera Selatan, yakni Ogan Komering Ilir dan Ogan Ilir. Bahkan, asap Karhutla sudah masuk ke dalam rumah warga pada pagi hari, mengganggu kesehatan dan kualitas hidup mereka.
Menurut Gubernur Sumatera Selatan, Herman Deru, kondisi udara masih fluktuatif. Oleh karena itu, belum ada keputusan untuk meningkatkan status siaga Karhutla menjadi tanggap darurat. “Tadi pagi sempat meningkat, tapi saat ini sudah ada penurunan. Artinya masih fluktuatif,” ungkap Herman Deru.
Herman Deru menjelaskan bahwa peningkatan status darurat akan dipertimbangkan jika Indeks Standar Pencemar Udara (ISPU) di Palembang mencapai angka 200 atau lebih, dan angka tersebut tetap tinggi. “Kalau ISPU nya konstan di atas 200 baru akan diubah statusnya. Karena tidak bisa juga serta merta mengubah status, kalau masih fluktuatif. Nanti kalau konstan, baru akan kita tingkatkan statusnya,” katanya.
Sementara itu, Kepala Bidang Kedaruratan Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Sumatera Selatan, Ansori, menjelaskan bahwa Polusi Udara ini disebabkan oleh kebakaran di Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Sukawinatan dan asap dari Karhutla di Ogan Komering Ilir (OKI). “Baunya juga tidak seperti kebakaran pohon-pohon maupun tanaman. Baunya khas sampah, jadi memang Kualitas Udara hari ini berbahaya karena akumulasi kebakaran TPA dan OKI,” tegasnya.
Ansori juga mencatat bahwa sebelumnya Kualitas Udara di Palembang telah berada pada tingkat sangat tidak sehat dan tidak sehat. Namun, setelah TPA Sukawinatan terbakar kembali, Kualitas Udara di Palembang menjadi berbahaya. “Karena kondisi angin yang bertiup dari TPA Sukawinatan ini cukup kencang sehingga asapnya terbawa dan menyebar luas. Estimasi kebakaran di Sukawinatan sekitar 3 hektare. Kondisi udara ini fluktuatif, mudah-mudahan ISPU nya turun setelah pemadaman,” tutupnya. (RN)
<
Tidak ada komentar