Sumsel Independen – Akibat kebakaran hutan dan lahan (Karhutla) yang terjadi di dua Kabupaten di Sumsel yakni Ogan Komering Ilir (OKI) dan Ogan Ilir menimbulkan kecemasan bagi masyarakat khususnya di kota Palembang.
Akibat dampak karhutla membuat kualitas udara di Palembang menjadi buruk dan mengganggu kesehatan dan kualitas hidup mereka. Bahkan udara sudah bercampur dengan asap karhutla sudah memasuki rumah saat pagi hari.
Seperti yang dirasakan Thoriq Abdullah yang merasakan bau asap yang menyengat sudah memasuki melalui ventilasi rumahnya di Jalan Tanjung Barangan Perumahan Surya Akbar Palembang.
“Dua hari ini, ketika pagi sekitar pukul 05.00 WIB bau asap sudah terasa. Terutama di ruang tengah rumah udaranya sudah berbau asap yang biasanya sejuk,” ungkapnya Minggu (3/9/2023)
Bahkan dirinya mencoba memastikan keluar rumah dan mencium bau asap dari luar.
“Hanya bau asapnya saja yang terasa, kalau kabutnya belum terlalu pekat,” katanya
Dirinya juga khawatir dengan kembalinya bau asap ke Palembang, akan berdampak terhadap pernapasan yang biasanya kambuh pada adanya asap karhutla.
“Kalau ada asap seperti ini, ISPA saya akan kambuh lagi,” tegasnya
Kepala Stasiun Klimatologi Kelas I Sumatera Selatan Wandayantolis menuturkan, buruknya kualitas udara di Palembang karena asap dengan partikel pada debu serta residu pembakaran dari kebakaran hutan dan lahan (Karhutla) yang terbawa dari wilayah Timur Palembang yakni berasal dari kabupaten Ogan Komering Ilir (OKI)
“Memperhatikan arah angin, asap terbawa dari arah timur di wilayah OKI membawa partikel Karhutla dan ini semakin masif kebakaran terjadi maka semakin tebal asap yang akan terbawa angin,” tuturnya
Apalagi terpantau kualitas udara di Kota Palembang telah melebih nilai ambang batas (NAB) sekitar 60,98 µgram/m3. Pihaknya telah melakukan pengukuran dengan metode pengukuran konsentrasi PM 2.5 yang dapat mendeteksi partikel udara berukuran kecil seperti debu yang dapat mengganggu kesehatan.
Pada sisi yang lain, kondisi yang kering karena kemarau meningkatkan masuknya partikel padat ke udara yang dapat mengganggu kesehatan manusia.
“Efek jangka pendek PM 2.5 yaitu penyakit jantung, paru-paru, bronkitis, dan serangan asma. Efek kesehatan ini berdampak pada bayi, anak-anak, dan orang dewasa yang lebih tua,” tutupnya (DN)
<
Tidak ada komentar