Griya Literasi

Santri di Tahun Politik: Ijtihad atau Jihad?

Minggu, 22 Okt 2023 04:03 2 menit membaca
PEMKAB MUBA

Hari ini, adalah saat istimewa bagi santri. Sejak tahun 2015, Presiden RI Joko Widodo menetapkan 22 Oktober sebagai Hari Santri Nasional (HSN) sebagai penghormatan kepada peran para santri dan ulama pondok pesantren dalam sejarah Indonesia.

Setelah delapan tahun berlalu, HSN bukan sekadar peringatan, melainkan pengingat akan peran krusial santri dalam memperkuat kesatuan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).

Tahun ini, Hari Santri menghadapi tantangan baru, yaitu tahun politik. Peran santri sangat dibutuhkan untuk memberikan kesejukan di tengah panasnya pertarungan politik.

Peran Santri dalam Politik

Sejarah mencatat peran heroik santri dalam merebut kemerdekaan Indonesia. Mereka berjuang melawan penjajah sambil menjaga identitas budaya, bahasa, dan nilai-nilai keagamaan bangsa. Santri memainkan peran penting dalam melestarikan keberagaman Indonesia.

Santri juga telah menjadi pemimpin nasional, termasuk Presiden Gus Dur dan saat ini Wapres Maruf Amin, menunjukkan betapa signifikannya peran santri dalam politik.

Kepemimpinan masa depan juga akan diwarnai oleh santri. Pemilihan presiden 14 Februari 2024 akan diikuti oleh santri. Anis Baswedan dan Muhaimin Iskandar adalah contoh pasangan calon dari kalangan santri. Cawapres Mahfud MD yang berpasangan dengan Capres Ganjar, juga santri. Sementara kandidat Cawapres dari bapak Prabowo juga digadang-gadang dari kalangan santri. Ini menegaskan betapa vitalnya peran santri dalam politik nasional.

Di tengah situasi politik saat ini, santri harus memastikan bahwa nilai-nilai keagamaan, pluralisme, dan toleransi tetap menjadi pilar politik. Kepentingan negara harus selalu diutamakan di atas kepentingan politik sempit. Santri perlu menjadi contoh dalam membentukpolitik yang sehat dan menjaga persatuan bangsa

Ijtihad, Bukan Jihad

Kita bersyukur bahwa banyak tokoh strategis bangsa berasal dari kalangan santri. Dalam konteks demokrasi, santri harus menjadi garda terdepan dalam menjaga perjalanan politik Indonesia.

Santri harus aktif dalam pendidikan politik, mendorong partisipasi yang baik, dan menjaga stabilitas NKRI. Tema HSN tahun ini, “Jihad Santri Jayakan Negeri,” menegaskan komitmen santri. Siapapun yang didukung itu pilihan, kalangan santri mengenalnya dengan istilah ijtihad politik, bukan jihad. Karena jihad santri adalah untuk negeri, bukan untuk kandidat. Wallahualam

Penulis: Abdul Malik Syafei MH (Santri/Jurnalis Politik)

Tidak ada komentar

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *


    MAJALAH TERBARU

    Majalah Independen Edisi LIV

    Sponsor

    Wujudkan Supremasi Hukum
    <

    Majelis Dzikir Ustadz H. Hendra Zainuddin

    Bengkel Las Listrik Karya Jaya

    Perumahan

    xBanner Samping
    xBanner Samping
    Beranda Cari Trending Lainnya
    Dark Mode