Sumsel Independen — Akibat Kebakaran Hutan dan lahan yang terjadi di beberapa Kabupaten di Sumatera Selatan, kondisi udara di Palembang belakangan ini mencapai tingkat sangat tidak sehat hingga membahayakan karena Kabut Asap yang tebal. Kepala Stasiun Klimatologi Kelas I Sumatera Selatan, Wandayantolis, mengungkapkan bahwa data dari Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) menunjukkan Kualitas Udara sangat buruk, terutama dengan tingginya konsentrasi PM 2.5 dari tengah malam hingga pukul 09.00 WIB.
Wandayantolis menyarankan masyarakat untuk menghindari aktivitas di luar rumah pada dini hari hingga pagi. “Sebaiknya dilakukan setelah jam 9, karena konsentrasi (Kabut Asap) berada pada tingkat sedang pada waktu tersebut,” jelasnya.
Menurut BMKG, kondisi El Nino diharapkan akan melemah pada awal 2024, yang akan memasuki musim hujan. Sementara itu, Sumatera Selatan masih berada di puncak musim Kemarau sejak Agustus 2023, dan dampaknya terasa hingga bulan September.
“Sisa-sisa lahan yang masih terbakar mengeluarkan asap pada malam hari, dan asap ini terbawa angin sampai ke Palembang pada dini hari,” tambahnya.
Meskipun masih dalam masa Kemarau, BMKG memperkirakan masih ada potensi hujan yang mungkin terjadi di Sumatera Selatan, khususnya di Palembang, pada tanggal 30 September 2023. Namun, jika hujan tidak kunjung turun, potensi Kabut Asap masih akan tetap ada.
“Angka PM 2.5 hari ini mencapai tingkat tertinggi karena tidak ada hujan. Hujan dari TMC (Teknik Modifikasi Cuaca) terputus, sehingga lahan terus mengering dan jumlah tempat terbakar meningkat,” tutupnya. (DN)
<
Tidak ada komentar