Griya Literasi

Merayakan Lebaran Ketupat, Tradisi Pascalebaran

Senin, 15 Apr 2024 21:59 3 menit membaca
PEMKAB MUBA

Sumsel Independen — Tradisi Lebaran di Indonesia tak hanya berakhir pada hari pertama Syawal. Bagi masyarakat suku Jawa, Perayaan Lebaran masih berlanjut seminggu setelahnya dengan menyelenggarakan Lebaran Ketupat, sebuah tradisi yang telah menjadi bagian tak terpisahkan dari budaya dan kehidupan sehari-hari.

Ketupat, sebuah wujud unik dari nasi yang dibungkus dengan anyaman janur kelapa, bukan sekadar hidangan semata. Lebaran Ketupat telah menjadi simbol kebersamaan dan kerukunan yang erat terjalin dalam Budaya Indonesia.

“Ketupat bukan hanya makanan, tapi juga simbol persaudaraan dan kebahagiaan. Setiap tahun, kami bersama-sama membuat ketupat sebagai bagian dari tradisi lebaran keluarga kami,” Menurut Rini, seorang ibu rumah tangga di Palembang.

Tak hanya sekadar simbol kebersamaan, ketupat juga memiliki makna mendalam yang melambangkan kesederhanaan dan kesejahteraan. Hal ini tercermin dari proses pembuatannya yang membutuhkan ketelatenan dan kesabaran, mengajarkan bahwa hasil yang baik memerlukan kerja keras dan dedikasi.

Menurut Slamet Riyadi, seorang budayawan Jawa, Lebaran Ketupat merupakan salah satu momen penting bagi masyarakat Jawa untuk merayakan kemenangan setelah menjalani ibadah puasa selama sebulan penuh.

Lebaran Ketupat merupakan bagian dari tradisi leluhur yang tetap dijaga keberadaannya hingga kini,” ungkapnya.

Perayaan Lebaran Ketupat tidak jauh berbeda dengan Lebaran pada umumnya, namun dengan keunikan tersendiri. Masyarakat suku Jawa biasanya berkumpul bersama keluarga besar untuk saling bersilaturahmi dan bermaaf-maafan. Hidangan khas Lebaran Ketupat, seperti ketupat, opor ayam, sambal goreng ati, dan hidangan tradisional lainnya, menjadi menu wajib yang disajikan saat acara tersebut.

Lebaran Ketupat juga menjadi momen penting bagi masyarakat suku Jawa untuk mengenang leluhur dan mendoakan keselamatan bagi mereka yang telah meninggal dunia. Ritual ziarah ke makam leluhur sering dilakukan sebagai bagian dari perayaan ini, menunjukkan rasa hormat dan kecintaan yang mendalam terhadap warisan budaya dan leluhur.

Meskipun tradisi pembuatan ketupat tetap dijaga dengan kokoh, namun tidak bisa dipungkiri bahwa perkembangan zaman juga membawa pengaruh dalam proses pembuatannya. Kini, banyak orang lebih memilih untuk membeli ketupat di pasar atau toko-toko daripada membuatnya sendiri, mengikuti kesibukan modern yang semakin padat.

Namun demikian, semangat kebersamaan dan makna mendalam di balik Lebaran Ketupat tetap terjaga kuat dalam setiap hidangan yang disajikan. Hal ini mengingatkan kita akan pentingnya mempertahankan dan merayakan tradisi-tradisi leluhur dalam menyambut momen-momen istimewa dalam kehidupan.

Di berbagai belahan dunia, umat Islam merayakan Hari Raya 1145 H dengan tradisi yang kaya akan makna. Mulai dari pelaksanaan shalat Idul Fitri hingga berbagi kebahagiaan dengan memberikan sedekah kepada yang membutuhkan, perayaan ini memperlihatkan kebersamaan dan solidaritas di antara umat Islam.

Selain itu, berbagai tradisi lokal juga turut memperkaya perayaan Hari Raya 1145 H, seperti berbagai jenis makanan khas lebaran yang disajikan dengan berlimpah di meja masyarakat Muslim, serta tradisi kunjungan ke rumah-rumah kerabat dan tetangga untuk bertukar ucapan maaf dan saling memaafkan.

Dengan tradisi Lebaran Ketupat yang tetap dijaga keberlangsungannya, Indonesia terus memperkuat identitasnya sebagai negara yang kaya akan budaya dan kearifan lokal.

Laporan: Sri Jumiarti

Tidak ada komentar

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *


    MAJALAH TERBARU

    Majalah Independen Edisi LIV

    Sponsor

    Wujudkan Supremasi Hukum
    <

    Majelis Dzikir Ustadz H. Hendra Zainuddin

    Bengkel Las Listrik Karya Jaya

    Perumahan

    xBanner Samping
    xBanner Samping
    Beranda Cari Trending Lainnya
    Dark Mode