Griya Literasi

Taqwa sebagai Barometer Muslim

Sabtu, 1 Apr 2023 10:26 2 menit membaca
PEMKAB MUBA

Sungguh, yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah adalah orang yang paling bertaqwa.

(QS: al- Hujurat ayat 13)

Sumsel Independen — Barometer maupun tolak ukur kemuliaan seseorang di sisi Allah SWT adalah ketaqwaan.  Taqwa tidak mengenal ras, golongan, gender maupun status sosial. Taqwa tidak terbatas bagi hamba-Nya yang berkulit hitam, putih, kuning langsat, atapun sawo matang, ataupun terbatas pada orang-orang yang dalam keseharianya memakai peci, sarung, jubah, dan surban. Sebab pakaian seseorang tidak bisa menjadi ukuran kadar ketaqwaan.

Untuk memperoleh predikat Muttaqin tidak semudah membalikkan telapak tangan. Tentunya harus disertai dengan keimanan terhadap Allah, ilmu pengetahuan, amal saleh dan istiqomah dalam mengerjakan ibadah.

Dari segi bahasa taqwa pada mulanya berarti: “Menghindar”. Apapun yang kita hindari maka kita telah bertaqwa kepada Allah. Dari segi istilah taqwa berarti: Menghindari dari segala apa yang Allah telah perintahkan terhadap hambanya dimuka bumi ini baik itu berupa teguran, larangan, ancaman maupun murka-Nya.

Taqwa dibagi menjadi dua baik itu taqwa qowliyah atapun fi’liyah; yang dimaksud taqwa qowliyah adalah: ucapan yang benar, jujur, tutur kata yang santun dan sopan tidak menyakiti orang lain. Taqwa fi’liyah adalah: dengan menjalankan segala pirintah Allah yang telah ditetapkan, membiyasakanya, mengerjakan dan menggikuti segala kebaikan dan menjauhi segala kemungkaran.

Taqwa juga dibagai menjadi dua demensi, baik itu demensi taqwa dunyawiyah maupun ukhrawiyah. Karena apa yang telah diperintahkan Allah tidak lepas dengan perkara-perkara dunia dan perkara-perkara yang berdampak pada perkara-perkara ukhramiyah (akhirat).

Orang yang bertaqwa akan terus meningkatkan kualitas dan memperhatikan dua aspek dunyawiyah dan ukhrawiyah  untuk mengabdikan dirinya kepada sang Khaliq (Allah SWT)  dengan harapan bisa memperoleh predikat  “Muttaqin” tidak hanya di dunia terlebih lagi di akhirat nanti, orang yang bertaqwa tidak hanya untuk mementingkan kebutuhan dirinya untuk sesaat akan tetapi jangka panjang, orang yang bertaqwa tidak hanya mementingkan akhirat akan tetapi mengsejajarkan kehidupan dunia dan akhirat, dunia baginya  sebagai jembatan menuju akhirat yang kekal dan abadi, dan hambanya yang bertaqwa memiliki visi dan misi jangka pajang.

Mari senantiasa kita tingkatkan kualitas amal ibadah dan kadar ketaqwaan kita untuk terus berusaha mendekatkan diri kepada Allah SWT. Mudah-mudahan kita dapat mengambil hikmah dari urgensi makna taqwa, kemudian kita implementasikan di dalam tatanan kehidupan sehari-hari, sehingga kita benar-benar memperoleh kemulian baik kemuliaan di dunia maupun kemuliaan di akhirat kelak, bigitu pula kemulian di mata manusia terlebih lagi di mata Allah SWT.

Wallahu a’lamu bisshawab

Penulis:

Dr. H. Abdurochman, M.Ed (Direktur Operasioanl dan SDM Pondok Pesantren Malahayati Bandar Lampung)

Tidak ada komentar

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *


    MAJALAH TERBARU

    Majalah Independen Edisi LIV

    Sponsor

    Wujudkan Supremasi Hukum
    <

    Majelis Dzikir Ustadz H. Hendra Zainuddin

    Bengkel Las Listrik Karya Jaya

    Perumahan

    xBanner Samping
    xBanner Samping
    Beranda Cari Trending Lainnya
    Dark Mode